Bertani Diantara Himpitan Tambang (Belajar dari Petani Kutai Kartanegara)
Abstract
Abstract: Kutai Kartanegara (Kukar) is an area with quite extensive mining concession. However, Kukar is also the only district in East Kalimantan which experienced rice surplus. Although the amount of rice production is not significant, this condition should be appreciated, because in fact, the official releases shows its surplus is distinguish, compare to other district in East Kalimantan. Problems arise when massive mining operations occurred in those region. Some areas suffered real damage, especially agricultural land around the mining area. Damage is no longer a threat, but it has occurred and persisted. This study try to picture Kukar in the context of farming practices in the crush of mining Activities. There are three villages as observational study area, which are, Jembayan Dalam, Sedulang, and Sarinadi. The author's findings show that in the three villages, it is interesting to observe and to describe how exactly the problem of agricultural land degradation surrounding the mining existed, and how the community respond to this condition. Jembayan Dalam village and Sedulang suffer severe damages, even the land can no longer being used for farming. However, in Sarinadi, the author found interesting findings since as a farming village, its system and social structure which was built by the community is able to shield themselves from the onslaught of the mining financiers.
Keywords: Kutai Kartanegara, agriculture land, mining
Intisari: Kutai Kartanegara (Kukar) adalah sebuah wilayah dengan konsesi pertambangannya cukup luas, akan tetapi, Kukar juga satu-satunya kabupaten di Kalimantan Timur yang mengalami surplus beras. Walaupun tidak terlalu besar namun harus diapresiasi, karena faktanya, rilis angka-angka resmi pemerintah menunjukkan itu. Persoalannya, dengan masifnya operasi pertambangan, beberapa wilayah mengalami kerusakan yang cukup serius, khususnya lahan pertanian sekitar pertambangan. Kerusakan bukan lagi ancaman, namun sudah terjadi. Kajian ini akan mencoba melihat Kukar dalam konteks bertani dalam himpitan tambang. Ada tiga desa yang menjadi observasi kajian yakni Desa Jembayan Dalam, Sedulang, dan Sarinadi. Temuan penulis dalam tiga desa ini cukup menarik untuk melihat dan menggambarkan bagaimana sebenarnya persoalan kerusakan lahan pertanian sekitar pertambangan, baik problem maupun respons masyarakat. Desa Jembayan Dalam dan Sedulang mengalami kerusakan yang cukup parah, bahkan lahannya tidak bisa digunakan untuk bertani. Namun di luar itu, Sarinadi sebagai sebuah desa pertanian cukup menarik untuk dilihat karena sistem dan struktur sosial yang dibangun oleh masyarakat mampu membentengi diri dari serbuan para pemodal tambang.
Kata Kunci: Kutai Kartanegara, lahan pertanian, pertambangan
Downloads
References
Agarwal, Bina 2014, ‘Food sovereignty, food security and democratic choice: critical contradictions, difficult conciliations’, The Journal of Peasant Studies, Vol. 41 No. 2 Januari.
‘Astaga, ini sudah korban ke-10!’, Kaltimpos, 1 Mei 2015.
Bernstein, Henry 2014, ‘Food sovereignty via the ‘peasant way’: a sceptical view’, The Journal of Peasant Studies, Vol. 41 No. 2 Januari.
Badan Pusat Statistik 2015, Kalimantan Timur dalam angka, BPS, Kaltim.
Badan Pusat Statistik 2015, Kecamatan Tenggarong Seberang dalam angka 2015, BPS, Kaltim.
Badan Pusat Statistik 2015, Kutai Kartanegara dalam angka, BPS, Kutai Kartanegara.
Badan Pusat Statistik 2015, Statistik daerah Kecamatan Loa Kulu 2015, BPS, Kutai Kartanegara.
Badan Pusat Statistik 2015, Statistik daerah Kecamatan Kota Bangun 2015, BPS, Kutai Kartanegara.
Buhaerah, Pihri, Arum Puspita Sari, Rusman Nurjaman, Cherry Augusta 2014, Kajian MP3EI dalam perspektif Hak Asasi Manusia, Komnas HAM, Jakarta.
Erwiantono dan Qoriah Saleha 2012, ‘Persepsi dan ekspektasi pembangunan masyarakat terhadap pemerintah daerah dan perusahaan migas’, Makara, Sosial Humaniora, Vol. 16, No. 1, Juli 2012.
“Erau kota raja, ketika kabupaten terkaya di Indonesia bikin film”, http://showbiz.liputan6.com/read/2097942/erau-kota-raja-ketika-kabupaten-terkaya-di-indonesia-bikin-fillm
Franco, C Jennifer, Lyla Mehta & Gert Jan Veldwisch 2013. ‘The global politics of water grabbing’, Third World Quarterly, Vol. 34, No. 9, 2013, hlm. 1651–1675.
Hakimi, Ilmi 2015, ‘Dampak kebijakan pertambangan batu bara bagi masyarakat Bengkuring Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara’, Paper Mahasiswa Politik Universitas Mulawarman, 2015.
Hall, Derek Philip Hirsch, and Tania Murrai Li 2011, Powers of exclusion: Land dilemmas in Southeast Asia. Singapore and Manoa: NUS Press and University of Hawaii Press.
Ince Raden dkk 2010, ‘Kajian dampak penambangan batu bara terhadap pengembangan posial ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara’, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri.
Keputusan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008.
‘Kolam maut bekas tambang kini teror Kukar’, Kaltimpos, 7 Agustus 2015.
‘Lubang tambang tanpa pengaman”, Tribun Kaltim, 17 Agustus 2015.
‘MA Menangkan JATAM, Bupati Kukar Diminta Insyaf”, berita kaltim.com: http://beritakaltim.com/?p=22961
Maimunah, Siti 2013, ‘Buruk pengurusan, rakyat bergelut konflik, konflik sumber daya alam & pengurusannya di Indonesia’, Bahan Kursus LiBBRA 2013, PPPM-STPN, Yogyakarta.
Mariana, Anna, Devi DC, dan Vegytia Ramadhani Putri 2013, ‘Politik lokal, elite lokal dan konsesi pertambangan: Perjuangan perempuan atas akses tanah di Kutai Kertanegara’, PPPM-STPN, Yogyakarta.
Jatam 2010, ‘Pesta perizinan dan korupsi di Kutai Kartanegara’, Mautnya Batu Bara, Pengerukan Batu Bara & Generasi Suram Kalimantan, Jatam, Jakarta.
Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara ahun 2013– 2033.
Pujiriyani, Dwi Wulan, Widhiana H Puri, dan M Nazir Salim 2015, ‘Sawah-sawah yang tak lagi lestari: Penyediaan lahan pertanian dan ketahanan pangan di Kutai Kertanegara’ dalam Reforma kelembagaandan kebijakan agraria. (Hasil Penelitian Strategis STPN 2015). STPN Press, Yogyakarta.
UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara.
Ribot, Jesse C. dan Nancy Lee Peluso 2003, ‘A Theory of access’, Rural Sociology 68 (2), pp. 153–181, http://community.eldis.org/.5ad50647/Ribot%20and%20Peluso%20theory%20of% 20access.pdf
Rosita, SW 2012, ‘Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera (Gerbang Raja) Kutai Kartanegara.
Risal, Semuel, DB. Paranoan, Suarta Djaja 2013, “Analisis dampak kebijakan pertambangan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Makroman”, e-Journal Administrative Reform, Vol. 1, No. 1 2013.
Saputra, Wiko 2014, Pembangunan ekonomi & terancamnya hak dasar masyarakat, Perkumpulan Prakarsa, Jakarta.
Suprihatin, Ira 2014, ‘Perubahan perilaku bergotong royong masyarakat sekitar perusahaan tambang batu bara di Desa Mulawarman, Kecamatan Tenggarong Seberang’, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Kutai Kartanegara.
‘Sawah-sawah yang terjajah’, Kaltimpos, 17 Agustus 2014.
Savitri, Laksmi A. Dan Khidir M. Prawirosusanto 2015, ‘Kebun pangan skala luas di Ketapang: Menggambar angan-angan tentang surplus produksi’, Jurnal Akatiga, Vol 19, No. 1 Agustus.
Deptan Kukar 2015, Time series data luas tanam panen, produktivitas dan produksi padi Sawah dan Ladang Kabupaten Kutai Kartanegara. Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara.
Van der Ploeg, Jan Douwe 2014, ‘Peasant-driven agricultural growth and food sovereignty’, Vol. 41 No. 2 Januari.
White, Ben 2015, ‘Meneliti masalah petani dan pangan pada tingkat lokal: Pengantar studi kemandirian pangan Akatiga’, Jurnal Akatiga, Vol 19, No. 1 Agustus.
Yanuardy, Dian dkk 2014, MP3EI - Master Plan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia, STPN Press. Yogyakarta.
Widyanti, Andi 2008, Tae hine,-mencari tahu-, investigasi daya rusak pertambangan, Jatam, Jakarta.
Zulkifli, Arif 2014, Pengelolaan tambang berkelanjutan, Graha Ilmu, Jakarta.